Sunday, November 4, 2007

Pengenalan Semiotika dalam Komunikasi Visual

Semiotika adalah ilmu Tanda. Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”. Semiotik diperkenalkan oleh Charles Sanders Pierce dari AS dan Ferdinand de Saussure yang juga merupakan bapak Semiotik.
Tanda terdapat dimana-mana. Segala bentuk komunikasi yang memiliki makna adalah menggunakan tanda; kata adalah tanda, lampu lalu-lintas, isyarat tubuh, ekspresi wajah, sign, film, karya sastra, dsb dapat disebut sebagai tanda. Tanpa tanda, manusia tidak dapat saling berkomunikasi.

Meskipun Semiotik merupakan ilmu dalam Sastra dan Linguistik, di bidang Seni dan Komunikasi Visual tidak lepas dari penggunaan Semiotik. Disini yang akan saya bahas adalah peranannya dalam Komunikasi Visual, meskipun tidak secara tuntas. Semiotik meliputi Signifier (penanda) yang bersifat denotatif, dan Signified ( petanda) yang bersifat konotatif. Sebagai contoh; sebuah papan rambu-rambu bergambar seperti dibawah ini;



Kalau kita maknai secara denotatif, gambar tersebut hanyalah sebuah gambar garis putih yang membentuk manusia sedang duduk diatas setengah lingkaran dengan background berwarna merah....Inilah yang dimaksud dengan signifier atau penanda. Tetapi apa makna dari gambar ikon tersebut? Rambu-rambu tersebut mengkomunikasikan atau
menginformasikan bahwa ditempat tersebut khusus untuk orang-orang yang cacat/invalid. Ini yang dimaksud dengan signified atau petanda yang tidak hanya menampilkan visualnya saja, tetapi juga makna yang terkandung dalam penanda tersebut.
Begitu juga dengan beberapa tanda baik yang verbal maupun non verbal.

Tipe-tipe tanda yang paling fundamental terklasifikasi menjadi 3 macam;

Ikon; merupakan tanda yang mengandung kemiripan rupa dengan apa yang diacunya, sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan dalam beberapa kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu lalu lintas seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya. Kalau dalam mata kuliah DKV I, ada tugas membuat ikon-ikon yang digunakan untuk suatu event, yakni pictogram.
Indeks; merupakan tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual. Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat itu, tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga dengan tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman web yang dimaksud.
Simbol; merupakan tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan simbol. Jadi pengertiannya, simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa tanda itu berarti “stop” atau larangan masuk.

Kita sebagai seorang desainer tidak lepas dalam penggunaan tanda-tanda tersebut untuk mengkomunikasikan pesan kita. HSBC dalam iklannya menggunakan bahasa semiotika visual yang menjunjung tinggi simbol-simbol kedaerahan, baik secara verbal maupun non verbal, dengan slogannya “ The world’s local bank” , yang membuat HSBC menjadi salah satu perusahaan yang dikagumi. Begitu juga dengan produk-produk kelas dunia yang lain semisal Coca-Cola, Nike, IBM Computer, dll. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan mengangkat simbol-simbol kedaerahan akan membuat sebuah iklan maupun komunikasi visual lainnya berhasil karena mudah diterima masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh desainer asal Jepang. Kenya Hara. Bahwa desainer yang baik adalah yang mampu menghargai karya orang lain dan mampu mengangkat citra kedaerahan sebagai simbol komunikasi massa.
Demikian artikel yang hanya sedikit mengulas mengenai pentingnya Semiotika Visual dalam proses Komunikasi verbal maupun non verbal. Mungkin apabila banyak terdapat kesalahan mohon koreksinya....kalau ada yang mau share tentang Desain dan kawan-kawannya bisa lewat imel maupun Frenster atau bisa link Blogg nya di sini. Trima kasih......

Thursday, November 1, 2007

Nilai Sebuah Desain

Sebagai seorang Desainer Grafis, aku mempunyai hasrat dan saaaaaangat menyukai apa yang aku kerjakan. Aku terinspirasi oleh banyak desainer. Membaca dan tetap up to date lewat website-website, artikel, forum desain dan Blog-blog. Kita sebagai seorang desainer memberi solusi; bagaimana sebuah desain mempengaruhi pilihan konsumen. Graphic Design is not only art, but it is actually a visual communication for commercial success(Ali Goldie). Banyak orang yang memiliki ketidakpedulian terhadap industri desain, yang secara tidak langsung merusak nilai-nilai desain.

Banyak juga orang yang saat ini belajar dan bekerja untuk memahami proses dan psikologi desain. Desain itu sendiri merefleksikan image, nilai produk dan jasa. Produk-produk yang selama ini kita beli di toko-toko, pernahkah anda merasa ragu untuk membeli sebuah produk di toko hanya karena tampilannya?


Banyak desainer-desainer yang meremehkan harga dari sebuah desain dan memberi hak kepada klien untuk menentukan desainnya sesuka mereka hanya karena desainer merasa “aman” karena klien adalah raja. Bahkan di forum-forum dan situs freelancer dimana seorang desainer menawarkan sebuah proyek untuk desain logo dan website hanya dengan upah yang sangat murah. Mengapa hal ini terjadi? Kita tentunya tidak bisa membayangkan bagaimana sebuah ide orisinil desain logo yang merefleksikan image/ identitas perusahaan kita dengan upah yang tipis. Aku pikir hal ini pasti akan memberikan pandangan yang remeh pembeli desain terhadap desainernya.

Saat ini adalah era teknologi digital, komputerisasi atau sejenisnya dimana software-software desain beredar luas dan banyak digunakan oleh orang-orang yang tidak professional yang beranggapan; selama mereka mampu memanipulasi gambar dan lay out dengan menggunakan Photoshop, menciptakan desain yang indah, full color, full effect dan full yang lainnya, secara instant mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai seorang desainer. Salah!~seperti yang telah saya uraikan di artikel saya sebelumnya~Program yang kita gunakan hanyalah sebuah tools seperti seorang buruh bangunan menggunakan palu dan paku untuk membangun gedung. Tentunya kita tidak ingin menyuruh seorang anak kecil untuk membuat rumah hanya karena dia bisa menggunakan palu dan paku tersebut. Secara analogi, ini semua bukan tentang pengetahuan~it’s all about understanding! Pemahaman. Dalam desain itu sendiri, kita mempunyai pemahaman mengenai Teori warna, tipografi, elemen visual dan yang paling penting adalah konsep, konsep, dan konsep!!

Sekarang, marilah kita coba untuk menghargai nilai-nilai desain yang memiliki kontribusi strategis dalam proses komunikasi pemasaran yang secara langsung maupun tidak langsung juga mempengaruhi ekonomi makro nasional. Buat para desainer, tetaplah memiliki hasrat yang besar untuk terus bereksperimen dan bereksplorasi. Riset adalah hal utama untuk memiliki pemahaman yang luas.Kata dosen saya, riset menunjukan kemajuan dari suatu bangsa. Kreatifitas juga tidak akan berkembang jika kita tidak memiliki professionalitas. Kembangkan hasratmu, biarkan ia terus menggebu-gebu, Feel It Free...seperti cakra merah yang terus mengalir keluar( jika tidak paham maksudnya, makanya tonton Naruto...). Sekian artikel saya yang secara langsung maupun tidak langsung terinspirasi oleh Ali Goldie, bisa juga dikatakan menyalin dengan menerjemahkannya ( he...he...). Maju terus desainer Indonesia!

Sikap Konsumen Mempengaruhi Keputusan Konsumen

Sikap (attittudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen terhadap informasi suatu produk. Konsep sikap terkait terhadap konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior).Istilah pembentukan sikap konsumen (consumer attittude formation) seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku. Konsumen biasanya memiliki kepercayan terhadap atribut suatu produk yang mana atribut tersebut merupakan image yang melekay dalam produk tersebut.

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek, atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan suatu produk dan atributnya kepada konsumen.
Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa karakteristik sikap:

1. sikap memiliki objek,
2. konsistensi sikap,
3. sikap positif, negatif, netral,
4. resistensi sikap, dan
5. keyakinan sikap.

Empat fungsi sikap yang bisa digunakan oleh pemasar sebagai metode untuk mengubah sikap konsumen terhadap produk dan atributnya menurut Daniel Katz antara lain,

1. fungsi utilitarian,
2. fungsi mempertahankan ego,
3. fungsi ekspresi nilai,
4. fungsi pengetahuan.

Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model multi atribut yang terdiri dari tiga model : the attittude toward-object model, the attittude toward-behavior model, dan the theory of reasoned-action model. Model ini menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model ini menekankan tingkat kepentingan yang diberikan kosumen kepada suatu atribut sebuah produk. Model sikap lainnya yang juga sering digunakan adalah model sikap angka ideal. model ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk sekaligus memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasa suatu produk. Perbedaannya dengan model multi atribut adalah terletak pada pengukuran sikap menurut konsumen.

Artikel ini diambil dari fotocopy buku, entah apa judulnya, soalnya fotocopy nya untuk meringkas tugas mata kuliah Perilaku Konsumen...Lhaaa artikel ini ringkasannya.